Zee dan Ayah |
Kontan saja saya lari terbirit-birit, khawatir meatball dalam bowlnya pada tumpah berhamburan.
Ntah Zee dapat ide dari mana karena sepengetahuan saya , Zee paling malas kalau ada benda apapun menyentuh kepalanya.
Zee dan Ayah |
Habie.... itu panggilan saya padanya. Pria yang bersedia menemani saya hingga maut memisahkan. amien.
ZeeZee .... itu panggilan saya padanya. Gadis mungil yang melengkapi fitrah saya sebagai wanita. Gadis yang menjadi cermin hidup untuk saya. Gadis dimana pundak kecilnya saya titipkan sejuta doa, cita dan asa.
Dua makhluk Allah ini adalah partner hidup saya setelah keluarga saya. Mereka menemani saya dalam senang dan susah. Tidak mudah memahami karakter keduanya, tetapi dari keduanya saya belajar dan mengenal tentang diri saya.
Saya masih ingat betul ketika Aki Pal, panggilan saya untuk pak Palgunadi, seseorang yang selama ini menjadi mentor saya dalam bidang kehidupan, menyampaikan “Selalulah bersyukur engkau merasa sempit dan waspada lah ketika engkau merasa lapang”. Kalimat itu belakangan ini sering terngiang dalam benak saya. Di lingkungan saat ini saya beraktivitas, saya melihat dengan jelas bagaimana kalimat ini terimplementasi dengan mudahnya. Ntah mengapa, Sang Pencipta menunjukkan dengan sangat gamblangnya, bagaimana mudahnya seseorang untuk selalu bersyukur atas nikmat Yang Maha Kuasa walau dalam pandangan manusia, mungkin dia sedang dalam keadaan sempit.