Sumber : internet |
Anak muda ini , berdiri didekat lampu mereka. Menunggu mobil-mobil bak terbuka untuk mengangkut mereka untuk sampai ketujuan berikutnya. Tidak jarang mereka menghentikan truk-truk yang sedang melaju, sekedar untuk "menumpang" beberapa kilometer kedepan.
Satu...Dua...Tiga..Empat...Lima..dst kelompok ini sering terlihat oleh mata saya sepanjang 65km perjalanan kami, hingga akhirnya pikiran saya melayang ke kelompok punk di london sana dan terjadilah diskusi ini dengan suami saya sepanjang jalan.
"Bi, gawat juga ya kalau 1% saja dari generasi muda Indonesia menginterpretasikan budaya nge-punk seperti ini, dan kita yang diberi keleluasaan pengetahuan, dana dan teknologi masih suka melenceng dalam memahami perang budaya antar bangsa", kata saya pada suami.
Kata wikipedia, sejarah Punk di London lalu merambah ke amerika ini berawal dari keprihatian sebagian anak muda disana atas kondisi negara yang porak-poranda secara ekonomi dan politik, hingga terjadi kemerosotan moral. Kelompok yang terkadang di identikan sebagai kelompok anti-kemapanan ini cenderung menjadi kelompok yang membuat kerusuhan. Sampah masyarakat (?)
Terbayang oleh saya bila pembawa punk pertama di indonesia ini tidak mengubah tampilan wajahnya persis ala mohawk dengan baju hitam, terkesan kumal, bau dan jorok. Coba kalo para punker di Solo menggunakan batik, boleh lah rambutnya dibuat feathercut style . Pasti keren banget deh ...
Trus apa hubungannya nge-Punk dengan loe/gue?
Hubungan sodara sih tidak ada hehehe tapi ada hubungan asimilasi budaya .
Sebelum sampai ke hubungan asimilasi budaya, saya ingin bercerita sedikit tentang keluarga kecilku. Suami saya seorang jawa tulen. Maksudnya dari generasi ke-3 diatasnya semua berasal dari kota Yogyakarta. Sehingga suami hidup dengan budaya Yogya. Lahir dan besar di kota Yogyakarta. Sedangkan saya? My culture blood sudah bercampur (sok bule deh hahaha). Darah saya dari sumatera, lahir hingga sekolah di sulawesi, dan besar di kota Bandung. So, bisa dibayangkan berapa budaya yang saya lintasikan?
Yes, I'm nationalist. Happy-nya, dengan pengetahuan dari beberapa daerah ini, memudahkan saya untuk beradaptasi dengan orang-orang yang saya temui. Sedihnya, satupun bahasa dari daerah yang saya singgahi ini tidak ada yang saya kuasai secara fasih. Semuanya mengambang
Lalu saya berpesan pada suami, agar mengajarkan putri cantik kami, Zee, menjadi wanita Indonesia berbudaya Jawa. Perhatikan, kata yang saya tebalkan (bold). Indonesia dan Jawa. Saat ini saya merasakan sebagian kecil begitu memuja kedaearahannya sehingga melihat daerah lain itu bagaikan negara lain. Lupa dengan bhinneka Tunggal Ika ya. Salah satunya dengan kata Loe... Gue...
Jeng..jeng..jeng.... apa hubungannya?
Ada.
Saya ajak anda membayangkan suatu kondisi dimana ada sekelompok orang yang berbincang-bincang, ada yang memakai kata loe gue, ada yang memakai panjeneungan,ada yang berucap urang maneh, ito orang atau saya dan anda. Kan asik banget tuh pembedaharaan katanya. Kaya banget tuh negeri kita. Saya pernah ditegur oleh kolega kerja yang katanya sudah pernah merantau ke kota Betawi ketika saya berkomunikasi menggunakan loe gue. Apa karena sedang berada di kota Yogya kah, sehingga kata loe gue menjadi tabu?
Hellooooooooo, apa kagak tau ya kalo di betawi , orang sangat leluasa berbahasa Jawa?
Lagian loe gue juga asalnya dari cina sana. Jangan-jangan nih orang kagak tau ya klo di Negara Suriname mayoritas berbahasa jawa?
Inilah yang menjadi pembicaraan terpanjang dan terdalam sepanjang perjalanan kami pulang-pergi ke kota Solo. Asimilasi budaya.... bila tidak dicermati bisa lebih menghancurkan dari perang isis yang jelas siapa lawan siapa kawan.
Seperti kata Cak Nun ...
Banggalah menjadi orang Indonesia yang jawa.
Banggalah menjadi orang Indonesia yang sumatera.
Banggalah menjadi orang Indonesia yang sulawesi.
Banggalah menjadi orang Indonesia yang kalimantan.
Banggalah menjadi orang Indonesia yang papua.
Banggalah menjadi orang Indonesia yang bali.
Banggalah menjadi orang Indonesia yang flores.
Banggalah menjadi orang Indonesia yang cina.
Banggalah menjadi orang Indonesia yang india.
Banggalah menjadi orang Indonesia yang arab.
Banggalah menjadi orang Indonesia yang eropa
silahkan teruskan sendiri...
salam Indonesia ...!!!
0 comments:
Post a Comment
dear sahabat ....
thanks to respond my article in "It's my World". Hopefully, your feedback can make the contents of this site more meaningful. Sincerely, - nhirany -