Quote today : "When you're committed to something, you must really do it, whatever it takes, you accept no excuses, only results. That is commitment.”

 garis lurus sang pelukis

Tidak seperti hari biasanya, kali ini Leslie terlihat tidak bersemangat. Ia berjalan gontai menuju ruang depan dimana banyak sofa terhampar disana. Dipilihnya sofa berwarna merah yang menghadap ke jalan besar dan ia duduk di ujung sofa itu. Pikirannya menerawang memikirkan kapan dia bisa keluar dari keadaan ini. Keadaan yang sama sekali tidak pernah diharapkan terjadi pada dirinya.
Dikatupkan kedua tangannya diwajah, seolah-olah dia ingin menyembunyikan wajahnya dari dunia.
Ah, aku perlu keluar sejenak, menghirup udara segar..

"Mi, aku cari udara segar dulu ya",kata Leslie pada sesosok wanita yang biasa dipanggil mami itu.

"Oke Lie, hape dibawa kan? Jangan lupa loh jam sepuluh nanti ada tamu", kata mami.

"Siap Mi...."

Tak berapa jauh dari bangunan tempat Leslie bekerja, ada sebuah mall besar. Mall ini biasanya setiap malam di isi oleh pedagang-pedagang yang menjajakan barang seni. Salah satunya freelance painter. Leslie melangkahkan kakinya tanpa arah tujuan yang jelas, hingga akhirnya ia memutuskan berhenti di salah satu bangku taman yang disediakan mall itu dan menghadap ke arah para pelukis.

Ia tertarik pada salah satu pelukis yang terlihat kesulitan meneruskan lukisannya. Sayangnya, Leslie tidak bisa melihat dengan jelas apa yang ada didalam kanvas pelukis itu. Untuk menghilangkan rasa penasarannya, Leslie mendekati pelukis itu. Alangkah terkejutnya, ternyata gambar dikanvas itu adalah wanita. Dan lukisan itu sangat hidup, seolah-olah dia mampu berbicara pada wanita tersebut.

"Astaga Pak... indah sekali potret ini. Pasti wanita yang meminta dilukis oleh Bapak sangat anggun dan cantik. Ini sangat mahal ya Pak?", tanya Leslie pada sang pelukis.

"It's priceless neng...", jawabnya.

"Priceless? Maksudnya, Bapak tidak menjualnya? Lalu buat apa Bapak melukis wanita ini dan terlihat Bapak seperti kesulitan melukiskannya? Apa ini wanita dalam imajinasi Bapak ?", tanya Leslie bertubi-tubi.

"Wanita ini adalah isteri saya. Tetapi dia sudah meninggal 3 tahun lalu karena sakit leukimia. Dan setiap merindukannya, maka saya akan menuangkannya dalam kanvas ini. Lukisan ini sudah 2,5 tahun belum bisa saya selesaikan juga.", jawab sang pelukis.

Ya, lukisan wanita ini belum selesai, hanya penuh dengan arsiran sehingga yang terlihat adalah siluet-siluet halus. Tetapi kecantikannya sudah bisa terlihat.

"Beruntung sekali wanita ini, dicintai oleh seorang pria dengan sangat tulus", ujar Leslie.

"Mungkin saya yang lebih beruntung, karena diberi pendamping hidup yang mengajarkan saya ilmu kesabaran dan keikhlasan dalam meluruskan niat", timpal sang pelukis.

"Meluruskan niat? Apa Bapak berhasil? Bagaimana caranya meluruskannya Pak? "

"Teorinya mudah saja, tapi melakukannya sangat bergantung pada diri sendiri".

"Bagaimana pak?"

Sambil memindahkan potret isterinya, sang pelukis mengambil kanvas baru dan sebuah kuas yang terlihat seperti pensil raksasa.
"Mendekatlah neng, sekarang cobalah gambar garis lurus dengan kuas ini", pinta sang pelukis.

"Ah, buat garis lurus dengan kuas ini sih , saya pasti bisa Pak. Tolong berikan saya kuasnya"

Sreetttt... sreeettt...

"Wah, kok garis lurusnya tidak sempurnah ya Pak?"

"Coba lagi neng, jangan berhenti ditengah garis",ujar sang pelukis.

sreettt ...
sreettt...
sreeet...
sreettt...
sreettt..

Ntah berapa jumlah garis yang coba ditarik Leslie untuk memastikan kelurusan tarikan kuasnya menghasilkan garis sempurnah. Ketika kanvasnya hampir penuh oleh tarikan garis dan akhirnya....

"wah, saya berhasil juga pak, tiga garis yang saya tarik ini lurus sempurnah", teriak Leslie.

"Apa yang kamu rasakan saat menarik 3 garis terakhir?",tanya sang pelukis.

"Ntah lah Pak, yang jelas saya menarik kuasnya tanpa keraguan, tegas dan tanpa merasa ini akan salah pada akhirnya. Mungkin karena saya sebelumnya melakukan berulang-ulang kali ya Pak?"

Pada prinsipnya meluruskan hidup kita sama seperti menggambar garis lurus ini. Kita tidak boleh ragu bahwa setiap kebaikan yang dilakukan akan berbuah manis. Mungkin pada awalnya saat seseorang mencoba berjalan lurus, seseorang masih belok kiri belok kanan. Terkadang ia mengalami cemoohan dari manusia lainnyasaat kesalahan itu terjadi.

Tenang saja, Itu adalah wajar.

Tetaplah konsisten dalam kebaikan, walaupun kita pernah tergelincir dalam sebuah kesalahan. Luruskan niat dan lakukan dengan sekuat tenaganya untuk tetap meluruskan kehidupan. Ikhlas pada hasil apapun yang kita terima.
Percayalah kepada Sang Khalik Yang Maha Pengampun, Yang Maha Baik lagi Maha Mendengar. Insya Allah jalan lurus itu bisa kamu miliki.

1 comment:

dear sahabat ....
thanks to respond my article in "It's my World". Hopefully, your feedback can make the contents of this site more meaningful. Sincerely, - nhirany -

 

© 2009-2016 Copyright N.Hirany. All Rights Reserved.

created by e.n.h.a ~ credits