Keterlibatan gw dalam kegiatan Beasiswa ITB untuk Semua (kami biasanya menyingkatnya BIUS) dimulai saat gw mulai kembali ke kota Bandung setelah melalang buana di negeri Yogyakarta. Apa itu BIUS? Info lengkapnya di http://www.itbuntuksemua.com
Bermula dari tawaran sahabat untuk ikut terlibat dalam tim "relawan Kring-Kring". Relawan ini berfungsi menghadirkan 200 adik-adik BIUS ke ITB yang tersaring dari 2000 yang lulus saringan administrasi oleh ITB. Mereka harus didatangkan sesuai jadwal yang ditetapkan. Disinilah petualanganku dimulai. Gw termasuk dalam relawan Kring-Kring ini. Gw dapat jatah menelpon adik-adik di Yogya, dan daerah sebagian Jateng. Data gw tidaklah lengkap, sebagian besar tidak mencantumkan nomor telpon pribadi. Alhasil pelacakan dilakukan melalui sekolah. Bila alamat sekolah pun tidak mencantumkan nomor telpon, pencarian dilakukan melalui online yellow pages atau call 108. Apapun caranya akhirnya 12 anak asuh berhasil gw hubungi. Gw masih lebih beruntung dibandingkan relawan lain dalam menghunting adik-adik BIUS. Bila 108 sudah tak mampu dilacak, mereka mencari melalui kantor Diknas setempat. Itupun ternyata masih kurang, google map akhirnya dilacak.
G dapat juga, akal-akalan dicari alamat rumah, dan ditanyakan nomor telpon tetangganya, berharap alamat rumah adik-adik ini bisa ditemukan. Ada lagi cara lain dengan pesan berantai. Meminta bantuan adik-adik sendiri mencari nomor telpon temannya bila sekolah mereka berdekatan.
Bagaimana bila sekolah tak punya telpon, mereka tak punya hape, tinggal didaerah terpencil, dan belum menerima surat panggilan dari ITB? Terpaksa di jemput… Ya dijemput, ini berhasil untuk relawan lainnya, walau dimenit-menit terakhir. Relawan harus menghunting alumni yang berada disekitar tempat tinggal adik-adik BIUS. Alhamdulillah, mereka berhasil mendatangkan 196 anak ke Bandung (beberapa dari mereka mengundurkan diri dengan berbagai alasan).
Pengalaman menarik selain mencari alamat kontaknya adalah berkomunikasi dengan mereka. Perbedaan generasi ini sempat membuat mba Betty meminta bantuan aBeGe untuk menterjemahkannya.
“ MlM!nE kaK BeTti y?ni fULaN Kak pSrT ITB U SmUa!mw nAny kaK! Dlm tkT yG dikRm melAlui imel namq di buat uLan pDhl fULaN! Pa g brMslh kak nanty?” (Catatan, nama adik disamarkan jadi Fulan)
Untungnya adik2 gw tidak semuanya menuliskan sms ke saya dengan susunan abjad seperti ini.
Langkah berikutnya adalah memandu adik-adik ini ke bandung dengan berbagai moda transportasi (thanks sponsor citilink dan Kereta Api Indonesia). Mereka datang ada yang naik bis, naik kereta api, naik pesawat, bahkan naik motor (diantar saudaranya). Ini menjadi petualangan seru bagi adik-adik sekaligus pagi tim Relawan. Setiap pergerakan mereka menjelang kedatangan di Bandung dipantau, serasa intellijen aja ya
Panitia standby 24 jam menjemput kapan saja mereka tiba, tengah malam pun , stasiun kiara condong akan didatangi demi adik-adik ini. Maklum, sebagian adik-adik ini tidak pernah berjalan jauh, tidak mampu pula ditemani oleh keluarganya karena keterbatasan biaya. Setibanya di Bandung, mereka menginap di penginapan ala barak (tempat tidur susun), 1 kamar besar bisa berisi 40-50 tempat tidur. Sungguh suasana yang memerlukan kemandirian….
Saat pendaftaran ulang, panitia membentuk tim Crisis Center. Tim ini berfungsi mengakomodasi segala keperluan adik-adik terkait dokumen dan kebutuhan lainnya saat ujian. Alhasil semua berhasil mengikuti ujian tanggal 30-31 mei.
Saat ujian, transportasi seputar ganesa-taman sari-dayang sumbi macet total. Laksana area ini segitiga emas saja.. semuanya menuju 1 titik, kampus ITB. Akibat kemacetan ini, mereka harus berjalan ke lokasi ujian. Untungnya mereka anak-anak tangguh, semangat tetap berkobar, apapun terjadi. Seusai ujian 31 mei – 1 juni, mereka pulang kembali ke kampung halaman, membawa berbagai banyak kisah suka dan mungkin ada dukanya, berbagi dengan handai tauladan disana. Menceritakan pengalaman mereka selama di Bandung. Tim relawan pun masih harus memantau keberadaan mereka apa tiba dengan selamat. Berikut ini beberapa komentar adik-adik yang tiba dirumahnya kembali :
- "Mlm jg kaka, ni q dh pulang baru ja naik KA. 5kcih bnyk Z kak tas smuanya, pokokny pngalaman slama dBdg yg super seru 2 t'kn q lupakan..."
- "mkasi bgd y mb T, dah byk bgd ngrpotin. maaf lo da bkin kesel. mga2 bsk bs jd panitia BIUS.\"
- " Sip mb T, seneng & bangga bgt punya tmen kyak mb dan kakak panitia yang lain. Jika kami gx bsa memblz sgala kbikan kakak2, smoga Allah yang memblznya tdk hany yg mb inginkan, tp jg yg buthkan. Klo puny salah dan ngerepotin maaf bgt ya mb, tolong dimaklumin. Wong deso hehe.."
- "iya mb,klo bs jgn mpe putus silahturahminy y mb. Mg bs ktrma, biar bs ktmu lg. Doain mg gt dpt yg tbaik y mb.."
- "iya mb T, in bakal menjadi pengalaman bharga buat kami. Aq pulang bsk, soalnya blm psen tiket !!. Terimakasih atas semuanya ya"
- "Qt2 plg bsk mba, mo jalan2 dulu liat kota bdg ^_^.. "
- "Mba Q pulang dulu, maaf pamitnya lewat sms. MAKASIH untuk semua yg dilakukan kakak panitia..."
So, sahabat…
Banyak yang bisa kita lakukan untuk memperbaiki taraf manusia Indonesia, salah satunya pendidikan. Tidak ada kata terlambat membantu mereka yang membutuhkan dan memiliki otak encer. Donasi sahabat dalam BIUS akan sangat membantu menambah jumlah mereka yang berkuliah di ITB. We need them be as agent of change. Silahkan link ke sini.
Indahnya menatap senyum mereka disaat harapan mendapatkan pendidikan dinegeri ini mungkin hanyalah mimpi buat mereka.
"Bangun dik, mimpimu sekarang menjadi nyata...."
Tetap semangat ya, apapun hasilnya, pasti yang terbaik untuk kalian. Jaga silatuhrahminya....
duduh ... kayaknya repot bgd ya ??
ReplyDeletehaha ...
makasii banyak loh mbak ...
hhe , makasi atas perjuangannya ..
*ichal
Tascha..
ReplyDeleteFinished your job in campus?
Kapan move to jakarta?
Abang balik agustus, tapi g lama. Ntar ketemuan ya..
Mo dibawain apa dari NY?