Suatu tempat untuk sebuah jiwa

Ruangan empat kali enam ini mendadak menjadi sempit, menyesakkan.
Membuatku tercengang, mengapa hingga detik ini tak satupun kutitikan air mata.

Apa tubuhku sudah telalu lelah, sehingga dia tidak bisa memerintahkan saraf lakrimaris  merangsang air mata ini keluar.. apalagi aku dalam under pressure. Tapi kali ini , it doesn't work well..

Aneh...
Berteriak sajalah..... bila dadamu masih sesak ...
"aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh......", teriakku sekuat-kuatnya.

Rupanya rasa lega ini hanya bertahan kurang dari satu menit.

Hmm.. something wrong with me..
The problem is not in my mind.. but in my soul.

Masih dengan rasa lelah, saya paksakan tubuh ini melangkah...

Melewati suatu surau, terdengar lantunan nada-nada yang sering ku lafadzkan setiap hari. Surau ini terlihat nyaman sekali. Mungkin tak ada salahnya aku mampir sejenak, apalagi tubuhku sudah berteriak "Woiii aku letih, jangan paksa aku berjalan terus..."

Kubasuh wajah, kepala , tangan dan kedua kakiku.
Ada rasa lapang yang tiba-tiba menyeruak.
Heyyyy... rasa ini yang kuinginkan...

"Kau Maha Besar....." seruku.

Astaga.... ini jawabnya, pikirku.

Mendadak seluruh tubuhku serentak meluruh. Rasanya seperti melayang.
Aku bisa melihat jasadku seutuhnya. Kutatapi jasad ini, "Ya ampun, tubuh ini semakin lama semakin menua, tapi tidak untuk jiwaku. Aku bisa bebas pergi kemana saja, tidak perlu terkungkung dalam tubuh setinggi 165 cm ini dan dibatasi oleh ruang dan waktu . Aku adalah sebuah jiwa".

"Semoga kedamaian bersamaku", akhir ritualku dalam do'a.

Seperti anak kecil yang mendapatkan semua keinginannya, aku keluar dari surau ini.
Riang... gembira...

"Kau lapangkan semuanya. Terimakasih wahai kekasih jiwaku".

Akhirnya aku tahu kemana mencari suatu tempat untuk sebuah jiwa.

Teruntuk kekasih yang memahami dan mengingatkanku kemana harus pergi