Quote today : "When you're committed to something, you must really do it, whatever it takes, you accept no excuses, only results. That is commitment.”

 Kerupuk dan kualitas diri

Saya mencoba mencari tau nama kerupuk ini. Akhirnya nemu ketika teman menyuruh mencari dengan kata "kerupuk sabar".
Mungkin bapak dan ibu sabar sebagai penemu kerupuk ini pertama kalinya. Saya sangat doyan dengan kerupuk ini, terkadang diberi daun bawang dan rasa gurih.

Tapi pernah nih, suatu hari saya memakan kerupuk sabar seperti gambar disamping ini. Baru digigit setengah tekanan, langsung saya muntahin. Saya belum merasakan nikmatnya dgn lidah , baru menggunakan indera penciuman, baunya seperti karet ban... yakksssss.... saya buang seikat isi 10biji.


Kerupuk... Bentuknya bisa sama, tapi kualitasnya akan berbeda. Padahal harganya sama dengan harga kerupuk yang biasa saya beli. 500 per biji. Saya tertipu dengan tampilan fisiknya.

Yah.. begitulah saya menganalogikan mahalnya suatu kualitas produk. Tidak hanya outlooknya. Tapi material yang digunakan, prosesyang digunakan, man behind the process, itu juga penting.
Sebagai praktisi HR yang terkadang tidak hanya dituntut memahami proses, tapi juga harus memahami 'man'.
Analogi sederhana yang saya pakai man in good quality, sama dengan seperti produk kerupuk ini.

Saat interview karyawan, skrening pertama yang dilakukan selain CV adalah outlooknya, cara berbicara. Lalu bagaimana dengan pola pikirnya? apa sudah bisa terekan saat interview? Buat saya, sulit menilainya. Pola pikir seseorang akan terlihat ketika dia menghadapi suatu persoalan. Bagaimana dia menyelesaikan masalah itu, seseorang akan terlihat polanya.

Ketika  saya ditanya oleh mentor saya di bidang HR, bila saat kamu mempromosikan seseorang ada dua kandidat yang terbaca polanya. Pertama , cerdas tapi culas. Kedua otak pas-pasan cenderung lambat tapi jujur dan mengikuti aturan. Kamu pilih yang mana ? Setelah debat sana-sini , panjang x lebar, saya sampai pada suatu kesimpulan bahwa apapun pilihan pada orang tersebut, sebagai HR harus memahami resikonya. Bila memilih pertama ataupun orang kedua, perlu disiapkan perangkat yang menyebabkan kelemahan orang tersebut bisa diatasi. Apa itu tugas HR? Yaaa.... tugas HR untuk menyampaikan ke pengambil keputusan semua resiko yang akan muncul.

Seorang bijak pernah menyampaikan pada saya, "manajer yang baik tidak selalu orang baik." Lama saya merenungkan kalimat ini hingga saya menyadari bahwa nilai orang baik itu hanya diberikan bila apa yang kita lakukan memberikan keuntungan buat si penilai, walau terkadang itu merugikan lingkungan. So, sorry to say, i will listen your judgement as long as we have the same vision, Amar Ma'ruf Nahi Mungkar.

Selamat menjalankan resolusimu gaes...

2 comments:

  1. wah udah lama nih ane nggak makan kerupuk

    ReplyDelete
    Replies
    1. oh ya? kapan" main ke jogjakarta, sy ajak makan kerupuk ini sepuasnya hehehe :D

      Delete

dear sahabat ....
thanks to respond my article in "It's my World". Hopefully, your feedback can make the contents of this site more meaningful. Sincerely, - nhirany -

 

© 2009-2016 Copyright N.Hirany. All Rights Reserved.

created by e.n.h.a ~ credits