Saat ini adalah era customer satisfaction, yaa.. kepuasan pelanggan. Berbagai fasilitas untuk memanjakan pelanggan mulai dari kursi duduk yang nyaman, wi-fi gratis, cemilan gratis, colokan gadget gratis hingga TV LCD. Betul-betul membuat para pelanggan seolah-olah lupa sudah berapa lama dia nongkrong ditempat itu.
Tapi saya ingin menyoroti bagian TV LCD khususnya di area-area publik seperti tempat yang saya alami ini. Oneday, saya nongkrong disalah satu provider telekomunikasi mengurusi chip kartu yang tidak terdeteksi hapeku. Saat menuju loket antrian keluarlah angka 313, antrian ke-49.
"Wah keren nih...", dalam hati.
Berarti saya bisa mengukur berapa lama saya akan menunggu disini. Bila 1 antrian rata-rata maksimal 3 menit, artinya maksimal 49 x 3 menit saya akan berada disini. Weeekkksss edun banget. Luamannnyo. "Saya masih bisa melihat toko sebelah untuk cari makan", pikirku.
Untuk lebih mengoptimalkan waktu, akhirnya saya pindah ke toko sebelah. Mencari sesuatu yang perlu dicari.
Setelah itu saya kembali lagi ke ruang antrian dan mulailah mengamati segala sesuatu yang tertangkap oleh mata. Tiba-tiba mata saya tertuju pada TV LCD yang terpajang sekitar 3 buah TV dengan ukuran sekitar 32". Dilayarnya tampak sedang diputar video klip. Dari gambarnya sih kayaknya lagunya menarik, tapi sayang sekali, suaranya di MUTE. Lalu saya memperhatikan sekeliling, kok tidak ada yang mengamati TV ini ya? kasihan sekali nih TV diputar tanpa mampu menjalankan fungsinya.
"Antrian nomor Tiga Satu Tiga, ke loket lima", sahut mesin pemanggil.
Ahhh ini dia nomor saya. Kesempatan saya menanyakan ke customer servicenya mengenai TV LCD ini. Setelah sy menyampaikan keluhan, terlihat si mba cantik (CS, red) lagi menginput data dan mencari kartu chip baru dibelakang mejanya. Lalu bertanya saya tentang TV LCD ini.
saya : "Mba boleh tanya kah, tapi ini tidak terkait dengan kartu chip saya?"
CS : "Boleh bu, silahkan mo tanyakan apa?"
saya : "Apa mba bisa bantu saya membesarkan volume TV LCD disana? sayang sekali video klip yang diputar tidak bisa saya dengarkan lagunya.. "
CS : "Aduh maaf bu, kebijakannya memang suaranya tidak set ke volume 0?".
Saya : "Hahhhh, kalau begitu kenapa tidak dimatikan saja. Coba deh perhatikan, tidak ada satupun mata yang tertuju di tv itu. semua pada asyik memanfaatkan wifi gratis di ruangan ini?"
CS : "Hmm sekali lagi saya minta maaf bu, kebijakan disini tv itu memang dinyalakan".
Glekkk.. 2x saya di buat bingung, pertama TV wajib dinyalakan dan kedua TV dalam keadaan mute.
Ide gila dari mana sih ini, customer satisfaction atau pemborosan ya?
Coba deh para decision maker mikir sejenak sebelum membuat keputusan, klo mo tayangkan sesuatu dalam di TV dgn mode bisu, mbok ya tampilan juga program-program yang bisa nikmati dengan cara tanpa suara (walaupun kurang nyaman juga tanpa efek suara). Misalkan Mr.Bean, Charlie Chaplin, Gags for Laugh, atau sejenisnya. Kalau tidak matikan saja tuh TV !!!
Bisa menyelamatkan negeri ini dari penggunaan listrik yang mubazir .
Btw, ini tidak hanya terjadi di layanan perusahaan swasta loh. Layanan milik pemerintah juga ada. Coba di hitung bila 1tv 32" sekitar 120watt x tarif listrikx 1 tahun.
Lalu dikalikan dengan total TV yang on , dikali jumlah kantor yang memakai layanan seperti ini. Gw yakin angkanya diatas 9 digit hehehe...
Tapi Itung sendiri yeee... saya kagak mahir....
Yuk, mari bijak memutuskan sesuatu agar anak cucu kita masih bisa menikmati indahnya bumi ini.
0 comments:
Post a Comment
dear sahabat ....
thanks to respond my article in "It's my World". Hopefully, your feedback can make the contents of this site more meaningful. Sincerely, - nhirany -