Ibuku pernah memintaku berhenti mematungkan diri didalam dunia maya karena lebih banyak mudharatnya daripada manfaatnya. Tapi disini lah awal aku menemukan wanita yang ku kenal sebagai Sahara Amelia. Seorang wanita karir diperusahaan minyak multinasional yang ada di negeri ini dengan posisi senior analysis in business development. Ara, begitu aku sering memanggilnya. Sebagai wanita karir Ara terbilang sukses. Tidak hanya piawai dalam memainkan strategis dalam dunia perminyakan tetapi berbagai negara pun telah dijajalnya.
Awalnya sangat sulit berinteraksi dengan Ara. Dia tak banyak bicara dan hanya menjawab bila ditanya terutama pada orang yang baru dikenalnya. Menurutku, Ara tidak termasuk wanita yang ramah, kesan pertama saat aku menyapanya di dunia maya malah Ara sedikit angkuh dan penuh kehati-hatian dalam berkenalan dengan siapapun. Alhasil, aku harus mencari topik pembicaraan untuk diskusi dengannya. Untunglah, kesukaanya pada fotografi mempermudah segala urusannya hingga akhirnya diskusi menjadi ke hal-hal yang lebih privasi.
Sejak itu aku baru tau alasan kesendirian Ara selama ini. Rasa kehilangannya terhadap orang yang dia cintai membuat Ara memutuskan larut dalam karir. Baginya, cintanya telah mati bersama tewasnya sang kekasih.
"Letting go is the key of moving on. When you're able to let go, moving on will be so easy.", begitu kataku ketika bertanya kapan hatinya terbuka untuk yang lain.
"Memangnya Kamu mau masuk ya, Bintang?", tanyanya.
"Ya kalau dipersilahkan, kenapa tidak?", jawabku seloroh.
"Haha, dasar buaya jinak. Gue tidak percaya ada cinta dalam dunia maya. Kalau serius, sini ketemu sama gue", tantangnya.
Ara ternyata sosok yang jenaka, lucu, easy going dan terkadang manja. Aku menjadi penasaran bagaimana rasanya wanita yang harus tampil elegan disatu sisi ternyata begitu manja.
“Ra, I like and miss you”, ungkapku saat ku telah berani menelponnya beberapa kali.
“No wonder Bin, coz after we meet, you’ll be in love with me”, jawabnya dengan pede.
“Hahaha…” tawa kami berdua dengan lepasnya.
Sudah hampir 2 tahun, aku menjalin perkenalan bersama Ara, hingga aku memberanikan diri mengundang Ara ke eksebisi hasil fotoku.Sebagai freelance photografer aku sangat menikmati kegiatan ini. Terakhir kali obyek fotoku adalah suku dayak. 3 bulan lamanya tinggal di pulau Kalimantan, meliput setiap kegiatan suku dayak yang konon memiliki keterkaitan dengan masyarakat Yunan-Cina sebagai nenek moyang mereka. Biasanya hasil riset ini aku jual ke Reuters ataupun NG Asia Magazine. Foto-fotoku sudah segudang rasanya, dan akhirnya aku berhasil mengumpulkan dana untuk pameran solo perdanaku. Hmm… pencapaian yang tidak mudah.
Ara sangat antusias, karena selama ini aku hanya mengarahkannya lewat foto dan chatting bagaimana menyatu dengan obyek foto. Baginya ini kesempatan besar mempraktekkan langsung apa yang kami biasa diskusikan.
“Bin, invitasinya dan nyampe ketanganku nih. Besok flightku nomor 817GP, tiba jam 7.30 pagi. Bisa jemput gak?”, tanya Ara.
“Pastinya bu. Mana mungkin saya gak jemput kamu”, jawabku.
“Asikkkkk… gue sekalian liburan di Bali. Lumayan kan, liburan dan lihat pameran kamu. Ntar temanin ya, gue jadi modelnya deh ....”
“Tenang aja Bu, kalau pun kamu gak mau jadi modelnya, pasti aku foto juga kok. Oh ya, hari ini kamu pakai baju apa?”, tanyaku.
“Gray blouse with span skirt. I combine with the blue scarf you sent to me”.
“Wow…. Beautiful… “.
Pagi ini,aku terbangun lebih awal. Waktu menjadi terasa lebih lambat, aku coba menghubungi Ara, tapi nada sambungnya tidak terhubung. “Ah, mungkin Ara sudah check-in”, pikirku.
Sudah lebih 15 menit dari jadwal kedatangannya, belum ada juga tanda-tanda pesawat yang ditumpangi Ara mendarat.
Hampir 1,5 jam sudah berlalu. Wah, aku tak punya waktu lagi menunggu lebih lama. Jam 11 siang, pameranku akan dibuka. Kutinggalkan pesan singkat di telpon Ara, meminta dia menyusul langsung ke gedung pameranku.
3 Jam sudah berlalu, tak ada kabar dari Ara. Kutinggalkan segera gedung pameran ini dan berlari kembali ke airport. Segera kucari informasi mengenai penerbangannya ke maskapai yang digunakan Ara untuk ke Bali. Dan ternyata .......
Ya Tuhan, pesawat Ara mengalami kecelakaan ........... dan baru diketahui 15 korban ditemukan dari 220 penumpang dan awak kabin yang ikut.
Sejuta penyesalan tiba-tiba menghampiriku ketika aku tidak bisa memenuhi keinginan Ara untuk bertemu dengannya satu tahun yang lalu. Pupus rasanya harapan memberitahukan Ara betapa aku mencintai dan ingin menikahinya. Memberitahukannya bahwa masih ada pria yang ingin membuatnya bahagia bersama.
“Bin, cinta yang selalu kamu ucapkan dalam dunia maya bagiku adalah impossible. Tetapi menjadi possible bila kita bertemu dalam dunia nyata”
Ara………..
You're always on my mind
From the time I wake up
'Til I close my eyes
You're everywhere I go
You're all I know
Though you're so far away
It just keeps getting stronger every day
And even now you're gone
I'm still holding on
So tell me where do I start
'Cause it's breaking my heart
Don't wanna let you go
Maybe my love will come back some day
Only heaven knows
And maybe our hearts will find their way
Only heaven knows
And all I can do is hope and pray
'Cause heaven knows
My friends keep telling me
That if i really love you
You've gotta set you free
And if you return in kind
I'll know you're mine
Why I live in despair
'Cause wide awake or dreaming
I know you're never there
And all these time I act so brave
I'm shaking inside
Why does it hurt me so
(Heaven knows'song modified)
Kisah yang tragis. Penyesalan selalu datang terlambat.
ReplyDeleteCinta dalam dunia maya, impossible or possible? Saya jawab tak mungkin? Saya tak percaya ada cinta sejati di sana. Yang ada biasanya hanya sebuah kepura-puraan dibungkus dalam kemayaan.
Bukankah begitu? Seperti halnya kata Ara: "Kecuali Anda sudah bertemu dengan saya." Hu....Hu....
Mencari cinta sejati di dunia maya? hmm kelaut aja kali yeee...
ReplyDeleteSaya punya 2 sahabat yang menemukan pasangan hidupnya melalui social networking. Dan kisahnya cukup menarik hingga salah satunya diundang di acara Rossy.
Tapi poinnya sama kayak Ara. CInta dalam dunia , tetap impossible until you make it real. :)