Quote today : "When you're committed to something, you must really do it, whatever it takes, you accept no excuses, only results. That is commitment.”

 BERSYUKUR ketika kecil dan WASPADA ketika besar

Saya masih ingat betul ketika Aki Pal, panggilan saya untuk pak Palgunadi, seseorang yang selama ini menjadi mentor saya dalam bidang kehidupan, menyampaikan “Selalulah bersyukur engkau merasa sempit dan waspada lah ketika engkau merasa lapang”. Kalimat itu belakangan ini sering terngiang dalam benak saya. Di lingkungan saat ini saya beraktivitas, saya melihat dengan jelas bagaimana kalimat ini terimplementasi dengan mudahnya. Ntah mengapa, Sang Pencipta menunjukkan dengan sangat gamblangnya, bagaimana mudahnya seseorang untuk selalu bersyukur atas nikmat Yang Maha Kuasa walau dalam pandangan manusia, mungkin dia sedang dalam keadaan sempit.

Seperti kata ibu Lidya, seorang ibu dengan 5 orang anak, yang ditinggal oleh suaminya ketika anak terakhirnya berusia baru 1 bulan. Sang suami lebih memilih menghabiskan waktu bersama madu barunya. Madu yang bagi ibu Lidya merupakan racun yang menghancurkan seluruh sendi-sendi kehidupan yang telah dibina selama hampir 20 tahun. Ya, ibu Lidya memilih berpisah dan membesarkan kelima anaknya. Mengambil alih tugas kepala rumah tangga ditengah keterbatasan keahlian yang dia miliki. Saya bertemu hampir setiap saat bila mampir dikedai coklat . Sosok Ibu Lidya, mencuri perhatian saya. Bagaimana tidak, wanita yang usianya tidak terlalu jauh terpaut dari usia saya, setiap kami bertemu dia selalu membawa 2 orang anaknya. Satu dalam gendongan kain bersama dia di motor samson, dan satunya lagi dibiarkannya bermain dengan sayur mayur di bak motor dagangannya. Setiap dia berhenti disamping kedai coklat untuk mendrop pesanan si pemilik warung sayur, ibu Lidya selalu tersenyum pada saya.
Masya Allah, sungguh wanita yang luar biasa. Suatu hari disaat waktu kami sedikit luang, kami saling bertukar cerita, hingga saya mengajukan satu pertanyaan , “Ibu, hal apa yang membuat ibu terlihat begitu semangat. Saya tidak pernah melihat wajah ibu terlihat letih. Senyuman selalu menghiasi wajah Ibu”. Lalu dengan ringan dia menjawab,” Saya hanya memenuhi janji saja kok Bu”.
“Sebuah janji, hmmm janji pada siapa bu?”, tanyaku .
“Janji pada PenciptaKu dan pada anak-anakku”, jawabnya.

Tentunya bila cerita kami berdua ini saya tuliskan dalam blog ini, mungkin akan jadi satu novel hehe ☺ Saya hanya ingin berbagi satu kalimat dari Ibu Lidya sebagai penutup dalam tulisan saya ini , “Mengeluh, menangis, marah, sedih, negative thinking dan kawan-kawannya, andai mereka bisa menyelesaikan masalah yang saya hadapi, maka saya akan lakukan itu setiap saat. Sayangnya, mereka bukan problem solving. So, saya berhenti melakukan itu dan lakukan yang sebaliknya. Perbanyak Istighfar

0 comments:

Post a Comment

dear sahabat ....
thanks to respond my article in "It's my World". Hopefully, your feedback can make the contents of this site more meaningful. Sincerely, - nhirany -

 

© 2009-2016 Copyright N.Hirany. All Rights Reserved.

created by e.n.h.a ~ credits