Luasnya tak seberapa luas, mungkin bila aku berbaring terlentang dan memutar tubuhku tiga ratus enam puluh derajat, ujung-ujung jariku akan menyentuh setiap sisi bidang kamarku.
Yaa... My bedroom.
My secret place where I can do anything I love. A place where I could be my self and feel my real I am in this space.
Kebebasan memiliki ruang yang benar-benar privasi ku alami mulai sekolah di bangku es-em-a. Bagaimana tidak, aku bisa di kamar seharian, membiarkan barang bergeletak sembarangan tanpa harus di komentari, tidur, makan, gosip dan sebagainya. Ya, super duper cuek semuanya bisa kulakukan disini. Sahabatku pernah berujar, "Eh Dul, lu nikmatin deh tuh masa jomlowatimu, sebelum isi kamar lu nambah penghuni 1 orang lagi. Yakin deh, begitu loe sisipkan satu makhluk lagi ke kamarmu, gaya cuek bin tukang molor alias pemalas lu itu bakal ditempa habis-habisan". Dan aku hanya bisa tertawa terkekeh-kekeh melihat raut wajahnya yang terkagum-kagum melihat celana jeans dekilku yang tergantung di hanger hampir satu bulan.
Aku menyukai desain warna dikamar ini. Dengan kombinasi warna biru langit dan biru muda, membuat nuansa birunya menambah biru dihati dikala merindukan dirimu. Biasanya dimalam hari, aku menggunakan lampu pemberian sahabat dari Yogyakarta. Efek cahaya yang dikeluarkan dari celah-celah serat menambah suasana syahdu dalam kamar ini. Memudahkan ku melakukan meditasi.
"cling..cling...cling..."
Beberapa kali tanda bunyi pesan di BBM masuk, tapi tidak juga kuindahkan. Bagaimana tidak, masih ada 3 dari 5 dus lagi yang harus kubuka dan kususun. Aku tidak menyangka, belum sampai 4 bulan di kota ini, barang-barangku sudah melebihi 5 dus besar... Ooh... dasar wanita...
"cling..cling...cling..."
Akhirnya kuhentikan sejenak pembongkaran harta karunku ini. Kuraih alat komunikasi hitam yang tergeletak tidak jauh dari notebook merahku, "Tasssscccchi...., sibuk yaaaa?", tulis pesan dari mas Kabe.
Wah, tidak biasanya Kabe kirim pesan ditengah jadwal sibuknya.
" Maaf mas, tadi pindahan tempat kos, ini saya baru bongkar-bongkar barang", jawabku.
"Wah, asik dong ketempat yang privacy dan lebih gede", balas mas Kabe.
Benar kata mas Kabe, kamar kos menjadi tempat privacy bagiku. Sudah hampir 20 tahun aku mengalami menjadi anak kosan. Tidak perduli berapa besar ukurannya, setiap kamar tidurku akan kusulap menjadi area privasiku. Biasanya aku hanya memerlukan waktu satu hari untuk adaptasi. Setidaknya memantau daerah tempat makan dan jalur angkutan umum.
"Ah, basi deh kalau loe kesulitan cari tempat hang out disekitar sana. Wong kamu stay di sekitar mall begitu. Taruhan ama gue, tiap pulang kerja lebih awal, loe akan sering nongkrong disana. Iya kan?", jawab Rissa saat ku es-em-es dia mengenai kepindahanku ke tempat ini.
Anak ini memang paling mengetahui kelemahanku, tidak bisa menahan diri jika sedang cuci mata di shopping center.
Keindahan lain ditempat ini tidak hanya pada keakraban penghuni di sepanjang lorong jalannya, melainkan terdengarnya suara adzan berkumandang dari dalam kamarku Masya Allah... My lovely secret place..
A secret place di tengah hiruk pikuk pusat dunia, ya.... :-)
ReplyDeleteSekarang sudah ngekos lagi?
ReplyDeleteDidaerah mana tascha?
~andri : yoha banget... Tapi untung ada loe yang suka nemenin cari makan :)
ReplyDelete~abang : dekat ama pusat belanja plus [konon] daerah preman narkoba dan rampok. Perpaduan yang indah bukan? :D