Hidup dengan tujuan

Meletusnya gunung Merapi yang berada diperbatasan Magelang - Klaten - Yogyakarta memberi cerita unik mengenai meninggalnya sosok yang disebut Mbah Maridjan (Penewu Surakso Hargo). Wafatnya Mbah Maridjan bersamaan dengan meletusnya merapi disertai awan panas pada 26 oktober 2010 lalu. Yang menarik dari kematiannya adalah kepatuhan dia untuk memegang amanah sebagai juru kunci (gatekeeper) dari gunung Merapi.

Berbagai spekulasi muncul atas sikap teguh yang ditunjukkan oleh Mbah Maridjan. Beberapa dari mereka memuji loyalitas dan keyakinan Beliau, tetapi tidak sedikit yang mencibir atas tindakan yang terkesan 'bodoh' manakala keyakinan Beliau dalam hal budaya masyarakat Yogyakarta sebagai juru kunci merapi.

Laksana seorang pemimpin, Mbah Maridjan ditemukan tewas dirumahnya dalam keadaan bersujud, seolah-olah dia menunjukkan pembelaan terhadap wilayah yang diamanahkan padanya.

Terlepas dari keyakinan Beliau, saya tertarik melihat sikap Beliau atas keyakinan. Sudah seharusnya orang yang yakin akan sesuatu harus membela hingga titik darah penghabisan. Ini mungkin yang terjadi pada mereka yang memiliki keyakinan jihad di Afghanistan. Bagi sebagian orang tindakan mereka dikutuk, tapi di satu sisi mereka di puja.

Hidup dengan suatu Tujuan

Itu kuncinya. Yang terpenting, tujuan yang dibuat ini untuk kebaikan. Tapi kebaikan siapa? Kebaikan manusia, yang sangat relatif itu. Maka carilah kebaikan yang hakiki. Dimana mengetahui itu adalah kebaikan hakiki?

Mudah.

Bicaralah pada hatimu.

Ketika saya bertemu dengan seorang yang bekerja ditempat yang sama dengan saya bekerja sekarang, dunia entertaimen. Dunia dimana godaan begitu banyak, terutama perselingkuhan diantara sesama pekerja. Orang ini mengatakan "Jika hidup kamu sudah memiliki tujuan pribadi yang kuat, maka dimanapun kamu diletakkan, kamu akan tetap menjadi pribadi yang kuat. Walau sekalipun yang kamu hadapi adalah orang yang kamu kasihi".