nikah sirri dulu ah .....

Nikah sirri yang artinya sirri bersembunyi (dari bahasa arab) belakangan ini marak meramaikan headline portal-portal berita. Bagaimana tidak, pelaku nikah sirri di Indonesia yang jumlah ratusan ribu terancam kurungan penjara 6 bulan apabila tidak mendaftarkan pernikahan mereka ke KUA.

Sebenarnya anjuran pemerintah ini sangat baik, melindungi hak-hak istri dan anak (bila ada). Mereka sering menjadi korban apabila terjadi kasus perceraian.

” Tingginya biaya mendaftarkan KUA dan persyaratan yang cukup banyak, merepotkan mereka yang hidup dibawah garis kemiskinan menjadikan kelompok nikah sirri tetap ada”, ungkap salah satu reporter Metro TV.

Nikah saja sudah memerlukan biaya setengah atau sepertiga dari biaya cerai, tetapi mengapa kasus angka perceraian juga tetap tinggi .

Hasyim Muzadi menyarankan agar nikah sirri cukup dikenakan sanksi administrasi seperti ditulis kompasdotcom.

Metoda nikah-cerai pun sekarang semakin canggih seiring berkembangnya teknologi. Pernikahan dan perceraian dapat dilakukan lewat sms. Bagi umat Islam dan umat beragama lainnya, ada syarat-syarat wajib yang harus dipenuhi bagi sahnya sebuah pernikahan.

Tetapi kasus nikah sirri ini memang difokuskan bagi pernikahan dalam Islam.

Nikah... Sesuatu yang sakral bagiku...

Ntah kenapa, setiap mendengar kata itu setiap mendengar kata itu, gw tak berhenti berdoa padaNya agar kata itu tak pernah hilang dalam benakku.

Seorang yang telah mengarungi pernikahan lebih dari 30 tahun menyampaikan pada gw, bahwa pernikahan tidaklah sekedar mengatakan :

”aku cinta kamu”
”aku sayang padamu”
"kamu lah permata hatiku ”
” Kumenikahimu karena kaulah pelengkap hidupku”

.......
Dan sejenis kalimat indah dan puitis itu.

Pernikahan adalah sebuah komitmen. Ya... , sebuah komitmen tidak hanya pada pasangan yang dipilih. Melainkan komitmen pribadi dengan Sang Khaliq.

Membayangkan menghabiskan waktu dengan seorang pria atau wanita in my whole life ....
Mmmm... bila gw tidak berkomitmen penuh pada-Nya dalam menetapkan pilihan ini, tentunya kehidupan berumah tangga bisa seumur jagung, sewindu, ataupun seumur kebosanan melanda.

Awalnya indah, penuh dengan senyum,tiba-tiba dalam perjalanan pernikahan gw mengetahui pasangan gw penggila djarum black sementara gw alergi asap, penggila gadget yang bela-belain begadang hingga tengah malam hanya untuk update software gadgetnya sedangkan gw perlu sentuhan , penggila ke salon mobil menjadikan si black car itu agar lebih nginclong saat mengikuti black car community , dan penggila-pengila lainnya (positif ataupun negatif).

Ougggghhhh , bisa-bisa gw yang gila bertemu pasangan ini bila pernikahan tidak kulakukan dengan komitmen tinggi.

Apakah komitmen hanya dari satu sisi?
Tentu tidak, kedua belah pihak memiliki komitmen yang sama untuk bersama-sama menuju ridho Sang Khaliq.

Ternyata bukan cinta yang menyelamatkan sebuah pernikahan, tetapi komitmen.

Setujukah?