Quote today : "When you're committed to something, you must really do it, whatever it takes, you accept no excuses, only results. That is commitment.”

 Lantur yang tidak melantur

Black in News : Muhammad Lantur, begitulah dia memperkenalkan dirinya padaku.
Pria separuh baya ini, sudah menghabiskan separuh hidupnya di terminal bis, tempat dimana ku juga mulai menghabiskan tiga per empat waktu pagiku disana.
Ya, disinilah aku setiap pagi nongkrong sekitar 15 sampai 20 menit, menghirup udara karbon monoksida . Oughhhh… yaksss… yaksss

Kegemarannya mengisap djarum black dan sarapan burjo setiap pagi,membuat pria yang memiliki tinggi sekitar seratus tujuah puluh-an sentimeter, terlihat bugar sepanjang pagi. Dengan tinggi segitu, ku jadi mudah mencarinya, sekedar menanyakan nomor bis yang kutongkrongin, apakah sudah lewat atau belum. Walau namanya Lantur, tapi informasi mengenai kedatangan bis tidak pernah me-lantur. Nyaris mayoritas penghuni terminal, khususnya wanita pekerja, akan menghampiri beliau menanyakan bis mereka masing-masing. Bagiku, pak Lantur adalah pusat informasi terupdate seputar bis di terminal ini.

Pagi ini, aku bangun kesiangan. Yah... kesiangan lagi setelah semalam aku bergelut dengan pekerjaan kantor. Tidur hanya 3 jam, mandi seadanya dan tak sempat sarapan pagi, membuatku serasa berjalan separuh sadar. Nasib.... nasib...... sad

Sambil tersengal-sengal, kuberlari kecil menuju arah pak Lantur, “Gimana pak? Dah lewat?”

“Belum neng, padahal matahari dah tinggi “, katanya sambil melihat jam rolex ditangan kirinya.

Ntah asli atau tidak, yang jelas jam itulah yang menemaninya bertugas selama berpuluh tahun. Itu terbukti dari lapisan hitam yang melekat disekitar sambungan rantai jam itu yang terbentuk dari perpaduan gas buangan knalpot bis dan keringat Pak Lantur.

“Tumben siang, udah sarapan belum?”.

Sambil nyengir, kujawab “Belum sempat pak, ntar dikantor aja. Tadi dah ambil 1 kotak kecil si anlin. Sudah habis dijalan”,

“Oh begitu, jaga kesehatan ya neng. Hidup disini kudu bugar. Gak kerja atu hari aja, apalagi kalo pake sakit, bisa-bisa berikutnya kudu puasa 3 hari kemudian , karena kagak ade duit yang masuk , kepake buat berobat ha..ha..ha..”, guraunya.

Aku hanya tersenyum tipis, miris mendengarnya. Banyak sekali orang seperti pak Lantur yang menggantungkan hidup dengan resiko kerja seperti ini. Aku sendiri yang memiliki riwayat alergi, sangat berhati-hati berada dilingkungan seperti tempat kerja Pak Lantur.

”Maaf pak, aku belum bisa berbuat banyak untuk mempermudah kehidupan bapak”, gumanku dalam hati.

”Neng, nih ... makan dulu. Tadi saya beli di warung sono no”.
Pak Lantur menyodorkan sepotong roti bertuliskan ’rasa coklat’ kepadaku.

”Tidak usah pak, saya masih kenyang dengan si anlin. Ini buat bapak saja”, jawabku.

” Neng, pamali nolak pemberian orang... Ayo ini diambil. Nanti makan didalam bis aja, disini masih banyak asap hitam”.

Akhirnya kuraih sepotong roti berukuran 20 kali 5 sentimeteri itu. Kuraih bukan karena kulapar, tetapi lebih karena menghargai pak Lantur yang bersusah payah mencarikanku sepotong roti.

”Tuh Neng, bisnya sudah datang. Lain kali jangan datang jam segini loh, karena tidak tiap hari bisnya telat”,

Kuangkat tangan, memberi hormat kepada sang jenderal, aku berujar ”Siap bos, makasih ya rotinya. Tiap hari seperti ini, saya bisa datang telat terus ”.

Dari balik jendela bis, ku hanya bisa menatap ia tertawa lebar.

Ya Rabb, setidaknya hari ini aku bisa berbagi senyum kepada hambaMu. Terimakasih atas pertemuan indah ini ....

Dedicate this note to Mr.Lantur

2 comments:

  1. hiks.hiks.hiks.... ceritanya mengharukan. saya suka dengan gaya tulisan anda yang ga kaku mantab...!

    :)

    ReplyDelete
  2. Tidung,
    ini true story, Klo suka ke terminal blok M, beliau selalu menemani. Sekarang saya jarang bertemu karena sudah tidak berdomisi disekitar blok M.

    Semoga Tuhan YME memberkati pak Lantur.

    ReplyDelete

dear sahabat ....
thanks to respond my article in "It's my World". Hopefully, your feedback can make the contents of this site more meaningful. Sincerely, - nhirany -

 

© 2009-2016 Copyright N.Hirany. All Rights Reserved.

created by e.n.h.a ~ credits