Black in News : Tak terhitung berapa banyak jumlah kondom yang kutemui tergeletak diatas genting rumah tua yang ada didepan terasku.
“Resiko menetap disamping klub malam”, pikirku.
Setiap malam, bisa kurasakan getaran dinding kamarku. Ntah darimana sumbernya, apakah dari lantunan musik keras ataukah getaran hebat yang dihasilkan oleh pelakunya? Bagaimana tidak, ruanganku hanya dibatasi tembok setebal 20 sentimeter ini. Ingin segera beranjak dari tempat ini, tapi sekali lagi, hanya waktu yang bisa kupersalahkan... Tak ada waktu tuk mencari penginapan. Beban kerja dikantor membuatku tak ada waktu luang menemukan tempat yang jauh dari sumber getaran ini. Ditambah lagi, waktu wiken kugunakan mencari kerja tambahan sebagai pengajar bahasa inggris untuk kelas anak-anak.
Ya, kerja tambahan ini terpaksa kulakukan untuk mempercepat terkumpulnya pundi-pundi emasku.
Malam ini, kuputuskan tak langsung masuk ke kamarku. Melihat ramainya klub malam, dijejali mobil mewah. Pria berpakaian dendi, berambut klimis,mulai dari kumis tipis hingga kumis tebal, dari berkantong tebal hingga ber-cheque tebal, keluar masuk hilir mudik melewati entrance door. Tiba-tiba mataku tertuju pada seorang wanita yang keluar dari klub malam itu. Dia berjalan menuju kearah cafe yang sedang kusinggahi.
Hey, aku mengenal wanita ini.
Wanita yang pernah kutolong karena pada malam itu dia mabuk berat dan terkapar didepan pintu pagar rumahku.
”Hi, Lani .... apa kabarnya?”, sapaku.
”Eh ada Tari, tumben jam segini loe masih diluar kamar”, sapa hangatnya dengan suara serak-serak basah seperti suara salah satu vokalis grup dewi-dewi.
”Iya nih, gue pikir ngapain juga masuk kamar cepat-cepat. Melihat bangunan disamping kamarku ramai begini. Boro-boro gue bisa rehat enak, yang ada gue terganggu dengan getar-getar nafsu yang ada”, selorohku.
”Ha..ha..ha.. loe bener banget Tar. Mending duduk di cafe ini ya. Nunggu mata bener-bener capek. Jadi nyentuh bantal langsung blas......”
”Eh, gue temenin loe minum ya Tar. Sekalian nungguin jongosku nih, katanya dia datang telat. Bininya mendadak datang ke Jakarta”
Jongos. Itulah panggilan Lani kepada pria-pria berhidung belang. Tapi bagiku ntah siapa yang jongos, yang jelas Lani dan si pria itu sama-sama butuh.
Lani butuh nominal kertas dibalik dompet jongosnya, sedangkan si jongos memerlukan keahlian Lani dibalik selangkangannya.
”Tar, gue sambil merokok g apa-apakan?”, izinnya padaku sambil mengeluarkan satu batang djarum black slimz.
”Silahkan Lan, kalau kamu tega menggerogoti paruku sebagai perokok pasif”
”ha..ha..ha... gue pasti tegalah”, candanya.
“Lan, gimana rasanya bekerja menjadi profesional artis kayak loe?”, tanyaku.
”Ah, sama aja kayak profesi loe sebagai sekretaris”, jawabnya.
”Sama dimananya Lan, gue g ngerti”
”Mmm.. jawaban apa sih yang kamu tunggu Tar”.
”Apa kamu ingin mendengar, bahwa aku menikmati pekerjaan ini atau pekerjaan ini bisa memenuhi kebutuhan duniaku, atau kamu ingin mendengar berapa kali aku sudah aborsi?, tatapnya tajam kearahku.
”Upss, sori Lani. Tidak bermaksud membuat kamu tersinggung. I just ask you."
Setiap hari aku berpapasan dengan puluhan wanita cantik disini. Tak pernah terlihat raut wajah sedih mereka, kupikir pekerjaan ini menyenangkan sehingga mereka selalu kembali dan kembali.
”What !!! Is it your thinking?”, sahut Lani dengan nada sedikit meninggi.
“C’on Tari, don’t be so naïve…
“Kehidupan dunia memang mengejarku. Dengan tarifku yang sudah puluhan juta per malam, gue bisa pergi kemana saja gue mau. Gue bisa pindah dari satu rumah ke apartemen, atau sebaliknya. Gue bisa tukar menukar mobil tanpa harus mengeluarkan uang pribadi. Gue yakin loe pasti berpikir indahnya hidup seperti ini. Iya kan Tar? ”
Sambil mengangguk aku menjawab, ”Ya. Bila dunia yang gue kejar, memang hidup loe sangat nikmat Lani”.
”Tapi badan ini suatu saat akan menua Tari, penyakit akan menghampiriku, wanita-wanita yang gue sakiti akan mendoakanku mati lebih cepat, janin-janin yang kubuang akan mengecamku saat menyusul mereka. Apa loe pikir , kehidupan dunia masih bisa gue nikmati juga , Tari?”
Aku hanya bisa terdiam.
”Sebaiknya , loe segera hengkang dari rumah itu Tar. Ada yang bilang, bila kita dekat-dekat dengan penjual parfum, maka suatu saat kita akan tercium wangi. So, bila loe dekat-dekat tinggal disini maka suatu saat loe akan seperti .....”, Lani memutus perkataannya dan hanya tersenyum.
”Oh ya Tar, bos loe pribumi atau mata biru”, tanyanya.
”Pribumi, kenapa? ”
”Apa dia pernah bilang loe cantik? ”, tanyanya lagi.
”Ya lumayan, lebih dari satu kali”
”Apa dia pernah memberi kamu hadiah? Parfum, baju atau lingerie?”
”Parfum, iya. Saat dia dinas keluar-negeri. Tapi rasanya itu normal saja, karena semua mantan sekretarisnya selalu diberi parfum”, jawabku.
“Oke, gue punya satu pertanyaan lagi”
“Apa itu Lan?”
”Apa dia pernah mengecup kening loe atau berusaha memegang jemarimu?”, tanyanya dengan nada pelan.
Kali ini, pertanyaan Lani tidak kujawab.
Sambil beranjak dari kursinya Lani berkata ” Dear Tari, diluar sana banyak wanita yang berprofesi seperti loe, membungkus dirinya dengan balutan baju tertutup rapi, mereka bertingkah laku layaknya wanita yang santun dan sopan. Tapi pikiran mereka tak jauh bedanya dari gue. And, look at me. I'm totally different 180 derajat dari mereka karena gue memutuskan menjadikan pekerjaan ini sebagai profesi.
Tari sayang, berhati-hatilah dengan godaan seperti ini karena godaan ini bisa muncul dalam bentuk apapun, sehalus apapun terutama bos loe itu ”.
Aku tau, arti kedipan Lani kali ini bermakna lain.
”Hey non, you’re a good girl. Cepatlah ngungsi dari sini. Tapi tetap keep in touch ya”,
Akhirnya Lani keluar dari café ini menghampiri penghuni mobil mersi yang berwarna silver itu.
“Ah.. akhirnya jongosnya datang juga”, gumanku sambil menghabiskan tetes terakhir my apple juice .
Kita tak pernah tahu apa yang sebenarnya terjadi pada diri seseorang atas profesi yang dipilihnya. Apakah itu sebagai sekretaris atau sebagai wanita penghibur. Yang jelas setiap pilihan ini mengandung konsekuensi yang harus dipertanggung jawabkan pada Sang Pemilik Ruh
wuuusss mantab surantab... dewi lestari mah lewat neh
ReplyDeletewuih.. thanks you bonie..bonie tayang
ReplyDeletekirain loe dah ditelan lumpur lapindo, g ada suaranya lagi.
klo bisnisnya dah running, letmino ya. Kali aja ada yg bisa dikolaborasikan.
lha kan bonie aja sampe bilang bisa kalahin supernova
ReplyDeletewaw mantap..memotet kehidupan dari sis berbeda..
ReplyDelete~anonym : byk sisi lain yang bisa di ungkap dari sosok mereka. Walau tkadang byk yg menghujat, tapi pada dasarnya mrk tetap perlu cinta
ReplyDelete